![]() |
image: islamhariini |
Awal kariernya, beliau dagang kecil-kecilan di Makkah, membeli barang di pasar, kemudian menjual kepada orang lain. Selanjutnya, menerima investasi dari pengusaha kaya, janda, anak-anak yatim, yang tidak bisa menjalankan bisnisnya sendiri, dengan cara mendapatkan upah (fee based), bagi hasil (profit sharing). Adapun, prinsip bisnisnya adalah kejujuran, keteguhan memegang janji, sehingga penduduk Mekkah mengenal Nabi Muhammad SAW sebagai Al-Amin. Investor Khadijah mengajak kerja sama kemitraan berdasarkan mudarabah (bagi hasil), Khadijah sebagai shohibul maal (investor) dan Nabi Muhammad SAW adalah pengelola (mudarib/manajer).
Lebih kurang 28 tahun, Rasulullah telah menguasai pasar yang meliputi, Yaman, Suriah, Busra , Irak, Yordania, dan
Sejarah perdagangan Nusantara telah berlangsung semenjak zaman prasejarah. Hal ini menunjukkan bahwa perniagaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan perjalanan bangsa ini. Bahkan, pernah mencapai masa kejayaan dan berada pada posisi yang sangat diperhitungkan oleh kelompok maupun kongsi dagang asing. Jejak awal sejarah perdagangan Nusantara dapat dibuktikan dengan ditemukan berbagai artifak: neraca klasik, manik-manik, dan bendabenda logam lainnya yang menyebar dari Sabang sampai Merauke (Mahmud, 2002 dalam Jauharudin, 2008). Perdagangan antarbangsa semakin meningkat ketika memasuki awal masehi.
Fakta ini terlacak berkat ditemukannya pemukiman dan pelabuhan di daerah pesisir sehingga memudahkan dalam pendistribusian barang-barang yang diinginkan. Temuan gerabah Arikamedu dari
Posisi Nusantara menjadi begitu strategis karena menjadi lalu lintas perdagangan dunia. Dari sinilah kemudian, kerajaankerajaan yang berada di sepanjang pesisir menjadi kerajaan besar dan diperhitungkan oleh pasar dunia. Beberapa kerajaan besar itu adalah Sriwijaya, Samudra Pasai, Melayu, Singasari, Majapahit, Mataram, Gowa-Tallo hingga Demak Bintara. Meminjam istilah Nursyamsi Nurlan dalam (Jauharudin, 2008) perdagangan
Disebut jaringan Islam korporatis karena menguasai semua jalur perdagangan dari hulu sampai hilir dan sarana-sarana dan struktur perdagangan telah tumbuh begitu kuat.
Kedua, pertengahan abad ke 17 sampai dengan abad ke 20. Perjalanan periodisasi perdagangan muslim ini selalu melibatkan para pedagang
Bangsa-bangsa kolonial tersebut selain menghancurkan komunitas-komunitas dagang pribumi, mereka juga bertarung dengan bangsa kolonial lainnya, misalnya perang dagang yang terjadi antara Belanda dan Inggris.
KH Dr Marsudi Syuhud
Ketua PBNU
Ketua PBNU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar